Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, … (Pengkhotbah 9:10)
Warren Buffet yang pernah didaulat sebagai orang terkaya nomor satu dunia versi majalah “Forbes” jauh dari kesan glamour layaknya konglomerat kelas dunia. Sebaliknya kita akan menemukan sosok yang sederhana dan bersahaja. Itulah salah satu kunci keberhasilannya di dalam bisnisnya. Inilah beberapa petikan wawancara Warren Buffet dengan CNBC yang sangat mengejutkan dunia.
Pada usia 14 tahun, Buffet sudah bisa membeli satu kebun kecil dengan tabungannya hasil menjadi loper koran. Pelajaran 1: sejak dari kecil Buffet sudah belajar bisnis dan mau bekerja keras. Buffet masih menyetir mobilnya sendiri dan tidak punya bodyguard. Buffet tidak pergi dengan pesawat jet pribadi meski ia memiliki perusahaan jet. Rumah Buffet di kota Omaha juga jauh dari kesan mewah. Pelajaran 2: jangan beli apa yang tidak kita butuhkan hanya demi gengsi saja. Bersahaja dan hidup sederhana tidak selalu buruk. Buffet juga secara konsisten menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk yayasan sosial. Pelajaran 3: hemat bukan berarti pelit.
Dari wawancara tersebut, kita menemukan tiga kunci keberhasilan Buffet. Mau bekerja keras, jangan ikut arus konsumerisme hanya demi gengsi, dan bersedialah untuk memberi! Sikap yang benar-benar langka! Faktanya budaya masyarakat yang banyak kita temui sekarang justru bertolak belakang. Mau kaya tapi bermalas-malasan. Yang penting ikut tren masa kini demi menaikkan derajat, meski harus melakukannya dengan cara kredit. Satu lagi, berani royal untuk diri sendiri tapi sangat pelit jika untuk orang lain.
Sikap Buffet terlihat kuno, tapi sesungguhnya sikap seperti itu masih laku dan sangat diperlukan di jaman sekarang ini. Alkitab mengajarkan kepada kita untuk bersedia bekerja keras (Pengkhotbah 9:10), untuk membelanjakan uang secara bijak (Amsal 21:20), dan selalu memberi (Amsal 11:24). Jika kita ingin berhasil, maka kita perlu belajar dari Firman Tuhan, yang sudah terbukti berhasil ketika dipraktikkan oleh Warren Buffet.
Mau bekerja keras, bijak mengelola keuangan, dan selalu memberi adalah kunci untuk meraih sukses.
Renungan Paskah
Siapakah Warren Buffet?
Kakek berusia 79 tahun ini adalah orang terkaya kedua di dunia. Namun, keputusan Warren berinvestasi, banyak diapresiasi para pemain saham di seluruh dunia. Ketajaman instingnya mengelola portofolio membuat investor gaek ini seolah tidak pernah kehilangan kesempatan meraih keuntungan di pasar modal. Ia telah menyulap Berkshire yang dirintis sejak 1965, menjadi perusahaan kelas dunia, dengan memiliki 80 perusahaan seperti perusahaan permen, mobil, es krim, dan pakaian dalam.
Warren Buffett dikabarkan datang ke India untuk bergabung dengan teman dekatnya, pendiri Microsoft, Bill Gates. Selain itu dikabarkan dia juga berencana untuk mendorong India menjadi Negara kaya dengan menyumbangkan 99 persen kekayaannya. Menanggapi hal tersebut Direktur Manajer konglomerat Max India, Analjit Singh, lantas memuji Buffett. "Mr. Buffett adalah orang dengan jiwa sosial yang besar dan menempatkan kesosialannya di atas pertimbangan bisnis," ujarnya usai menghadiri pertemuan dengan Buffett, seperti dikutip AFP, Sabtu (26/3/2011).
Buffett yang memiliki kekayaan USD 50 miliar melalui perusahaannya Berkhire Hathaway datang dan mengatakan kepada para pengusaha di India “Anda bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan menjadi Santa Claus disaat yang bersamaan,” canda Buffett. Buffett mengaku bersalah karena terlambat datang ke India, "Seharusnya saya datang lebih cepat tapi saya sudah seperti tinggal di rumah untuk sebagian sisa hidup saya" ujarnya.
Buffet sudah memberi hampir seluruh kekayaannya untuk menyenangkan Tuhan dan menjadi jawaban untuk sesama. Bagaimana dengan kita? Apakah dalam hidup kita sudah merasa cukup memberi untuk Tuhan, dengan apa yang kita miliki?
Mari bandingkan dengan apa yang telah Tuhan Yesus lakukan, Dia memberikan kepada kita hakNya -sebagai Anak, untuk menolak mati disalib. Dia berikan tubuhNya, Dia berikan hidupNya untuk menebus kita. Mitra CBN, apakah kita telah memberikan seluruh hidup kita untuk dibagikan bagi kehidupan orang lain dan sudah menjadi jawaban bagi orang lain, terlebih bagi mereka yang belum mendengar tentang Tuhan?